Tuesday, July 12, 2011

Dikemanakan Inteketualitas Mahasiswa?

Kemana Intelektualitas Mahasiswa…!!!

Oleh

Asis Budi Santoso
(KP Komsat Unila)



Mahasiswa merupakan golongan masyarakat yang mendapatkan pendidikan tertinggi, dan punya perspektif luas untuk bergerak diseluruh aspek kehidupan dan merupakan generasi yang bersinggungan langsung dengan kehidupan akademis dan politik, oleh sebab itu adanya miniature state dikalangan mahasiswa merupakan proses pembelajaran politik untuk mahasiswa. Budaya yang tercermin dari membaca (bukan hanya bidang keilmuan yang ditekuni) membuat mahasiswa kaya pengetahuan karna mungkin sejatinya mahasiswa harus sadar kelak ilmu yang ditekuni akan diabdikan oleh bangsa dan Negara oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk pintar membaca peluang, bukan hanya itu mahasiswapun tak luput dengan kegiatan-kegiatan diskusi yang sangat sangat kental mengikat pada gelar mahasiswa sebuah budaya yang melahirkan inovasi ataupun pemecahan masalah terhadap suatu perkara. sehingga stigma yang terbentuk ketika berbicara mahasiswa adalah intelektual yang kaya dengan literasi ilmu, sosial, dan politik.


Dalam konteks bernegara, sejarah pun telah membuktikan bagaimana Mahasiswa mempunyai andil dalam perbaikan Negara. Tak tangung-tanggung mahasiswa menjadi garda terdepan dalam proses tersebut, di Negara kita contohnya sebagaimana terjadinya Gerakan mahasiswa 1966, Gerakan Mahasiswa 1974, Gerakan Mahasiswa 1978, Gerakan Mahasiswa 1980 sampai 1990, dan yang terkahir adalah Gerakan Mahasiswa 1998. Itu semua adalah sebagai bukti bagaimana komitmen pemuda dan mahasiswa membangun negeri ini.

Sekarang, disadari atau tidak seiring dengan berkembangnya waktu pergerakan mahasiswa mengalami degradasi yang semakin terlihat. Tidak menampikan kejadian sejarah diatas, kadang-kadang mahasiswa menjadi kerdil ketika berada dalam kampusnya masing-masing. Mahasiswa yang semula garang dengan orasinya yang menyesakkan dada pemerintah, justru tak terlihat di kampus-kampus mereka. Lihat saja Unila, universitas terbesar di Lampung yang baru saja menjadi universitas nomor wahid diluar jawa harusnya nama itu sebanding dengan kapasistas intelektualitas mahasiswanya. Mahasiswanya terlihat pasrah dan sabar ketika mereka harus mengangkat kursi ketika mau kuliah belum lagi tempat kuliah yang sempit dan berdesak-desakan,WC yang sulit di temukan dikampus belum lagi air yang selalu habis ketika buang air kecil, fasilistas universitas yang terlihat seadanya yang sulit di pakai oleh mahasiswa (sudah seadanya sulit pula), tranparansi praktikum, dan lain-lain. Masalahnya yang terjadi bukan itu saja banyak kebijakan universitas yang terlihat tidak jelas seperti kasus DO yang tidak informative yang sedang marak beberapa minggu lalu, masalah penerimaan Mahasiswa baru melalui UML yang tidak ada tranparansinya (atas dasar apa UML itu…), kenaikan SPP dan lain-lain.

Entah apa yang terjadi apakah pantas mahasiswa yang apatis layak disebut intelektual…